Rabu, 21 April 2010

Kontak

THIS WESITE IS UNDERCONSTRACTION BY MAYOR KAL IRWANSYAH


CREATED BY IRWANSYAH

Informasi

THIS WESITE IS UNDERCONSTRACTION BY MAYOR KAL IRWANSYAH

Edisi

EDISI PERDANA 2010
9 APRIL 2010
BERITA UTAMA

SERTIJAB KADISMATAU



Tongkat estafet kepemimpinan Dismatau berpindah tangan dari Marsekal Pertama TNI I Ketut Sudiasa, MM. kepada Marsekal Pertama TNI Suradjianto, S,E , S.IP berdasarkan Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/508/VIII/2009 tanggal 11 Agustus 2009. Marsekal Pertama TNI I Ketut Sudiasa, MM. akan memasuki masa Purnabhakti, sedangkan Marsekal Pertama TNI Suradjianto, S,E , S.IP sebelumnya menjabat Staf ahli Kasau dan bukan orang baru di jajaran Dismatau karena beliau pernah menjabat sebagai Sesdismatau.

Pada Apel khusus pada hari kamis tanggal 01 Oktober 2009 yang dihadiri seluruh pejabat Dismatau beserta jajarannya dengan Komandan Apel Letkol Kal Harna Sutisna yang sekarang menjabat sebagai Kadisrendal Bekmatpus, Marsekal Pertama TNI I Ketut Sudiasa, MM selaku Inspektur Upacara memberikan pesan kepada seluruh personel Dismatau antara lain :

1. Ren up harus tetap dilaksanakan terutama untuk seluruh jenis materiil.

2. WAN/LAN perlu dilanjutkan dengan memperhatikan catatan-catatan yang belum dilaksanakan untuk rekanan.

3. Masalah stok barang-barang selama belum berjalannya WAN/LAN agar dilaksanakan secara manual, contohnya dengan memakai fasilitas faximil.

4. Kodifikasi untuk Simak BMN perlu dipertajam dan disesuaikan dengan kodifikasi TNI AU. Harga barang-barang yang sesuai Simak BMN agar dikoordinasikan dengan Depkeu dan disarankan menggunakan fead loc.

5. Hal-hal yang telah dirintis selama ini sebagai upaya kelancaran tugas agar dapat diteruskan dan didukung secara penuh. Kerjasama seluruh personel Dismatau yang telah diberikan kepada Kadismatau lama selama ini harus diteruskan kepada pejabat baru sehingga tugas-tugas dapat berjalan lancar.

6. Hal-hal yang menjadi pending matter dapat segera ditindaklanjuti, sehingga tidak menghambat tugas -tugas berikutnya.

Marsma TNI Ketut Sudiasa, MM. juga mengucapkan terima kasih atas kerjasama selama ini dan memohon maaf kepada seluruh personel Dismatau dan jajarannya jika terdapat kesalahan-kesalahan selama menjalankan tugas. Secara khusus beliau juga mengucapkan terima kasih kepada Ny. Herry Kesuma selaku Ketua PIA Ardhya Garini Ranting 03-4/G-1 atas dukungan selama beliau menjabat Kadismatau.

Pada tanggal 02 Oktober 2009 dilaksanakan Serah Terima Jabatan di Auditorium Markas Besar TNI Angkatan Udara dari Marsekal Pertama TNI I Ketut Sudiasa MM kepada Marsekal Pertama TNI Suradjianto, S.E, S. IP yang telah dihadiri oleh Kepala Staf TNI Angkatan Udara dan para Pejabat lainnya. Dan untuk acara kenal pamit Kadismatau yang baru dan yang lama dilaksanakan secara sederhana di ruang loby Dismatau pada sore harinya.



Pada tanggal 06 Oktober 2009 dilaksanakan apel khusus Entry Briefing di lapangan apel Bekmatpus dengan inspektur upacara Marsekal Pertama TNI Suradjianto, S.E, S. IP dan komandan apel Letkol Kal Hidayat yang sekarang menjabat Kepala Seksi Jarkom Bina Alms Dismatau, yang dihadiri oleh para pejabat Dismatau dan jajarannya. Beliau dalam sambutannya antara lain :

1. Mengajak seluruh insan pembekalan di jajaran Dismatau untuk memperhatikan hasil-hasil yang dicapai, serta mengharapkan dukungan untuk berperan aktif dan proaktif dalam mengemban tugas.

2. Menekankan penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi dan memikirkan upaya-upaya mengatasi permasalahan yang belum selesai, sehingga tidak tertunda dan menjadi hambatan bagi pelaksanaan tugas-tugas di masa mendatang. Permasalahan yang dimaksud antara lain, Simak BMN, kasus-kasus personel, masalah penghapusan dan masalah piranti lunak yang terkait dengan perbendaharaan.

3. Mengajak seluruh personel Dismatau untuk melanjutkan program-program tahun anggaran 2009 sesuai program kerja yang telah digariskan dengan tetap memperhatikan pengelolaan administrasi yang baik untuk semua berkas-berkas pertanggungjawaban anggaran, sehingga tidak ada celah-celah kekeliruan yang menimbulkan pertanyaan atau masalah dikemudian hari.

4. Mengajak meningkatkan kerja sama dan mengharapkan dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan tugas pokok yang diemban Dismatau agar Dismatau dapast meningkatkan produktifitas secara optimal.





EDISI PERDANA 2010
9 APRIL 2010
BERITA UTAMA



SEJARAH DISMATAU DAN BEKMATPUS





Sejarah kelahiran Pembekalan Materiil Pusat (Bekmatpus) sebagai salah satu eselon pelayanan khusus Dismatau berkaitan erat dengan perkembagan Dinas Materiil TNI Angkatan Udara (Dismatau) itu sendiri dan sejarah Komando Pemeliharaan Materiil TNI Angkatan Udara (Koharmatau) dalam mewujudkan dukungan logistik yang tangguh bagi kelangsungan operasi-operasi TNI Angkatan Udara.

Keberhasilan operasi-operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI Angkatan Udara tidak terlepas dari peranan logistik yang terpadu dalam mewujudkan kesiapan operasional bagi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista). Pentingnya peranan logistik di dalam operasi TNI Angkatan Udara ini sesuai dengan slogan yang dikenal di kalangan Militer bahwa “Logistik tidak dapat memenangkan suatu peperangan, tetapi tanpa logistik mustahil suatu peperangan dapat dimenangkan”.


Dismatau

Dismatau adalah badan pelaksana pusat yang melaksanakan pembinaan logistik di TNI Angkatan Udara. Perkembangan Dismatau sangat dipengaruhi oleh makin berkembangnya peranan logisitik di TNI Angkatan Udara.

Pengukuhan peranan logistik di TNI Angkatan Udara diawali dengan ditetapkannya Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara nomor 38 tahun 1963 tentang pembentukan Komando Logistik Angkatan Udara (Kologau) pada tanggal 15 Agustus 1963 yang bertugas untuk memelihara logistik TNI Angkatan Udara di tingkat pusat. Kologau dalam perkembangannya berubah nama menjadi Komando Materiil Alat Utama Sistem Senjata Udara disingkat Komatau (1976). Selanjutnya berdasarkan Keputusan Panglima Angkatan Bersenjata nomor KEP/10/P/ 1984 tanggal 31 Maret 1984 Komatau berubah menjadi Komando Pemeliharaan dan Pembekalan TNI Angkatan Udara disingkat Koharmatau. Mengingat pentingnya peranan logistik bagi suatu pertahanan, maka dilaksanakanlah pemisahan antara fungsi pemeliharaan dengan fungsi pembekalan berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara nomor KEP / 39 / III / 1987, sehingga unsur pembekalan pada Koharmatau dihapuskan menjadi Komando Pemeliharaan Materiil TNI Angkatan Udara, dengan singkatan yang sama. Seluruh fungsi pembekalan yang semula ditangani oleh Koharmatau ditarik ke Mabesau, yaitu di bawah Direktorat Materiil TNI Angkatan Udara (Dirmatau) yang sekarang dikenal sebagai Dismatau.


Bekmatpus

Cikal bakal Bekmatpus adalah sebuah satuan yang menjalankan fungsi pembekalan di bawah Kologau, yaitu Depot Materiil 071, 091, dan 101 (1963). Berdasarkan Keputusan Menteri /Panglima Angkatan Udara No. 45 tahun 1966, depot-depot materiil diubah menjadi Wing Logistik (Winglog) 080 yang membawahi Skamat 081, 082, 083, 084 dan 085. Adanya perubahan susunan organisasi di jajaran Kologau membawa dampak pada perubahan Winglog 080 menjadi Depot Logistik (Polog) 080 membawahi Satuan Pembekalan (Satkal) 081, 082, 083, 084, 086 dan Satuan Angkutan (Satang) 085.

Pada saat Kologau berubah menjadi Komatau, maka Polog 080 pun ikut berubah menjadi Wing Materiil (Wingmat) 80 membawahi Skamat 81, 82, 83, 84 sedangkan Satang 85 dan Skamat 86 dilikuidasi. Perubahan tersebut berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara nomor KEP/19/V/1978.

Sejalan dengan berubahnya Komatau menjadi Koharmatau, pada tahun 1984 Wingmat 80 berubah nama menjadi Depot Pembekalan (Depokal) 80. Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara nomor KEP/39/III/1987 tentang pemisahan unsur pemeliharaan dan pembekalan berakibat kepada terjadinya penyerahan Depot Pembekalan (Depokal) 80, Gudang Persediaan Pusat (GPP) 14, GPP 34 dan GPP 73 dari Komandan Koharmatau kepada Direktur Materiil TNI Angkatan Udara (Dirmatau). Selain Depokal 80 dan GPP, Gudang Pusat (GUPUS) 015 dan GUPUS 025 yang semula beradaa di bawah Direktorat Elektronika TNI Angkatan Udara juga diserahkan kepada Dirmatau untuk dikelola. Penyerahan Depokal 80, GPP 34 dan 73 serta GUPUS 015 dan GUPUS 025 kepada Koharmatau dan Dirkelau kepada Dirmatau ditandai dengan penandatanganan Berita Acara Serah Terima tanggal 21 September 1987. Tanggal 21 September akhirnya digunakan oleh Bekmatpus sebagai hari jadi atau hari ulang tahun (HUT) yang diperingati setiap tahunnya.


EDISI PERDANA 2010
9 APRIL 2010
WAWASAN


BENARKAH SIKAP MENTAL (ATTITUDE)
MENENTUKAN KUALITAS SDM
DI ERA GLOBALISASI?
Oleh : Letkol Kal Dasir, S.Sos,M.AP



Dalam era globalisasi, kualitas SDM sangat penting untuk menjamin keberhasilan suatu organisasi. Organisasi yang dinamis diharapkan dapat menyesuaikan perubahan-perubahan yang terjadi, baik perubahan yang bersifat terencana maupun tidak sehingga mampu bertahan dan berkembang menjadi organisasi besar yang berkualitas.
Saat ini kondisi organisasi pemerintah selalu dituntut untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa menuju tata pemerintahan yang baik (good governance). Sebagai konsekuensi logis dari penyelenggaraan pemerintahan tersebut adalah mengharuskan setiap pejabat pemerintah wajib mempertanggungjawabkan (accountability), bersikap transparan (transparency), terbuka dan taat hukum yang berlaku dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan kewenangannya.

Untuk menyikapi permasalahan-permasalahan yang komplek tersebut, diperlukan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang handal dengan tingkat kompetensi tinggi. Salah satu unsurnya adalah dengan memperbaiki aspek sikap mental manusia. Pada kenyataannya, aspek sikap mental memegang peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan organisasi, sehingga beberapa organisasi besar dinegara-negara maju sangat peduli terhadap aspek tersebut. Namun aspek tersebut belum terimplementasi secara sungguh-sungguh dalam organisasi pemerintahan di Indonesia dibandingkan dengan Negara yang mempunyai tingkat SDM yang baik. Oleh karena itu, perbaikan aspek sikap mental baik dalam lingkup individu, unit maupun organisasi akan berdampak langsung terhadap penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas.


Konsep Pengembangan Kualitas SDM

Istilah pengembangan kualitas SDM, dibangun dari dua konsep utama yaitu pengembangan dan kualitas sumber daya manusia. Dalam istilah tersebut pengembangan (Development) adalah suatu proses aktif untuk merubah sesuatu keadaan ke keadaan yang lebih baik. Keadaan yang dimaksud bukan berkaitan dengan pekerjaan, akan tetapi lebih berorientasi pada manusia ataupun organisasi.
Menurut Nadler dan Wiggs(1986) “Development Activities are not job related, but are oriented both to personel and organizational growth”(Aktifitas pengembangan tidak berkaitan dengan pekerjaan, tetapi berorientasi pada pertumbuhan, baik personel maupun organisasi). Sedangkan menurut Derek Torrington dan Tan Chwee Huat (1994 : 276) mengemukakan bahwa “Development is the process by which a person obtains skills and gains experience to succeed in his present job as well as in future tasks”(Pengembangan adalah proses yang mana sesorang memperoleh ketrampilan dan pengalaman yang menguntungkan untuk keberhasilan dalam pekerjaan seperti halnya tugas-tugas dimasa depan). Sedangkan pengertian kualitas sumber daya manusia ditinjau dari aspek sikap mental adalah nilai dari perilaku seseorang dalam mempertanggungjawabkan semua perbuatannya, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa (Yusuf Suit dan Almasdi :1996 : 38). F.X. Oerip S. Poerwopoespito, (2000 : 24), Sikap mental adalah konsepsi perilaku yang muncul dari jiwa seseorang sebagai reaksi atas dasar situasi yang mempengaruhinya. Marvin E. shaw & Philip R. Constanzo(F.X. Oerip S. Poespito,2000:24) mendifinisikan : “Attitude acquisition is an automatic process that occurs in cojunction with concept formation.”
Dari beberapa difinisi diatas, dapat dikemukakan bahwa pengembangan kualitas sumber daya manusia melalui aspek sikap mental adalah suatu proses untuk merubah nilai dari perilaku manusia sebagai aset organisasi yang kurang baik menjadi baik.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa unsur SDM mempunyai nilai yang cukup tinggi sebagai salah satu aset organisasi. Daya konstruktif inilah yang menjadi obyek untuk dikelola oleh unsur-unsur organisasi lainnya. Daya yang bersumber dari manusia mempunyai sifat-sifat khusus tertentu yaitu :

1. Sumber daya manusia akan merosot citranya kalau tidak dipakai atau akan habis dengan cepat bersamaan lewatnya waktu tanpa manfaat.

2. Pemanfaatan daya yang bersumber dari manusia memberi kesan terlalu dipermudah, sehingga banyak yang memanfaatkan secara coba-coba (trial and error) bersifat tambal sulam.

3. SDM masih sulit untuk mengukur pemanfaatan, sehingga masih banyak yang belum termanfaatkan (Mc. Gregor dalam teori Y-nya).

Untuk memperoleh daya yang semakin berkualitas, maka pengembangan SDM harus dimulai sejak dini, dari tingkat keluarga, lingkungan organisasi, masyarakat maupun atas dorongan inisiatif sendiri. Menurut Jim Alef, Executive Vice President dan Ketua SDM (Randall S.Schuler dan Susan E. Jackson, 1997 : 4) : Bila anda memperhatikan sumber-sumber keunggulan kompetitif yang dapat dipengaruhi selama dekade terakhir, satu-satunya yang bertahan ialah mutu manusia yang bekerja untuk anda.
Jadi dalam manajemen sumber daya manusia, kualitas manusia ditentukan oleh aspek KSA (Knowledge, Skill, and Attitude). Hal ini diperkuat oleh pendapat
F.X. Oerip S. Poerwopoespito dan T.A. Tatag Utomo(2004 :26), bahwa kualitas manusia pada dasarnya terdiri:

1. Kualitas Teknis : Kualitas yang berkaitan dengan keahlian seseorang, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun teknologi.
2. Kualitas Fisik : Kualitas yang berkaitan dengan kesehatan seseorang.
3. Kualitas Sikap Mental : Kualitas yang berkaitan dengan konsepsi perilaku jiwa seseorang dalam bereaksi atas dasar situasi yang mempengaruhi.
Maka kualitas manusia yang lengkap biasa disebut sebagai hasil perkalian dari Kualitas Teknis (KT), Kualitas Fisik (KF) dan Kualitas Sikap Mental (KSM).
Kualitas Manusia Total = KT x KF x KSM

Dari ketiga yang mempengaruhi kualitas total manusia, hanya kualitas Sikap Mental yang sangat berperan sebagai penentu kualitas total seseorang. Hal ini dapat dilihat dalam ilustrasi, betapa pun tinggi pendidikan dan tingkat kesehatan seseorang, kalau sikap mental negatif maka pupus sudah nilai tambahan dalam bidang teknik maupun fisik.
Pada umumnya kualitas manusia (aparatur) kita, baik secara individu, kelompok, maupun organisasi ditinjau dari aspek sikap mental, belum mencerminkan sikap mental yang terkendali terpuji secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari perilaku, tanggung jawab tugas, disiplin, motivasi yang belum baik, sehingga mencerminkan kualitas aparatur yang belum optimal.
Kendala terbesar yang dihadapi perusahaan dalam menghadapi globalisasi adalah terbatasnya sumber daya manusia dan bukan terbatasnya modal ( Floris A.Maljers, CEO, Unilever N.V, Randall S.Schuler dan Susan E.Jackson, 1997 : 4 ).
Pembangunan SDM Indonesia harus dilakukan secara terus menerus, berencana dan berkesinambungan tanpa akhir sehingga bangsa dan generasi masa depan Indonesia lebih siap menghadapi berbagai tantangan yang makin berat memasuki dan mengarungi abad ke-21.
Bagaimana mewujudkannya?
Untuk merubah kualitas manusia (aparatur) dari aspek sikap mental, merupakan kegiatan pengembangan yang sulit memerlukan proses yang panjang, dikarenakan sikap mental sangat dipengaruhi oleh bawaan individu sejak lahir maupun dibentuk oleh lingkungan. Ada beberapa metode untuk memperbaiki sikap mental, antara lain :

1. Pendidikan dan Latihan (Diklat). Untuk mengubah sikap mental atau perilaku manusia (aparatur) dapat ditempuh dengan pendidikan (education) dan pelatihan (training). Pendidikan lebih ditekankan pada perubahan aspek pengetahuan, ketrampilan secara umum dan membutuhkan durasi pembelajaran yang panjang. Menurut Nadler (Prasetya Irawan, 2000 : 3) mengatakan bahwa ’ That term human resources development mean those learning experience which to about the possibility of behavioral change ’. Kata kunci dari pengertian tersebut adalah learning experience (pengalaman belajar).
Jadi belajar mempunyai andil besar dalam proses perubahan prilaku (behavior engineering), sehingga perlu dilakukan secara sadar dan direncanakan dengan baik serta dilaksanakan terukur tingkat efektifitasnya. Sedangkan pelatihan yang sesuai untuk pemecahan masalah sikap mental, menurut Prastya Irawan dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Training : Information processing, On the job training dan simulasi.

b. Non Training : Merealokasi pegawai, merekrut pegawai baru, menyediakan “job aid”, memecat pegawai. Adapun teknik pelatihan yang tepat untuk perubahan perilaku adalah pelatihan sensivitas (sensitivity training), yang digunakan untuk meningkatkan sensitivitas antar pribadi dengan menuntut diskusi yang terbuka dan jujur tentang perasaan, sikap, perilaku partisipan pelatihan (Henry Simamora, 2003 : 324).

2. Modifikasi Perilaku (Behavior Modification). Menurut teori psikolog B.F. Skinner (Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira Hie, 2002 : 11), menyatakan bahwa “Belajar bukanlah apa yang sedang dilakukan, tetapi mengubah apa yang sedang dilakukan. Adapun mengubah perilaku, menurut John M.Ivancevich (2001 : 408-409) ada empat cara yaitu :

a. Positive reinforcement (penguatan positif), yaitu cara mengubah perilaku dengan pemberian penghargaan yang diinginkan.
b. Negative reinforcement (penguatan negatif), yaitu cara perubahan perilaku dengan menghindari konsekuensi yang bersifat negative.
c. Punishment (hukuman), yaitu tindakan untuk menghentikan seseorang dari perbuatan yang tidak diinginkan.
d. Extinction (penghilangan), yaitu cara untuk merubah perilaku dengan meniadakan respons yang diharapkan dalam situasi tertentu dan diharapkan tidak pengualangan kembali jak tidak ada penguatan (reinforcement).

Jadi sikap mental merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dalam pembentukan kualitas manusia, karena betapapun tinggi ilmu seseorang dan mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan (sehat) tanpa dibarengi sikap mental yang baik, maka sia-sia. Oleh karena itu perlu pengembangan secara sistematis dan terus menerus. Perlu diingat bahwa kendala terbesar dalam menghadapi globalisasi adalah sumber daya manusia bukan terbatasnya modal. Disamping itu bahwa perubahan kualitas sumber daya manusia, maka akan menghasilkan output maupun outcome yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap organisasi, sehingga mampu menyiapkan manusia (aparatur) yang kompeten dalam menghadapi era globalisasi abad ke-21.


EDISI PERDANA 2010
9 APRIL 2010
WAWASAN


Sekilas tentang Reliability
dan Product Behavior

Oleh Mayor Kal Irwansyah, ST, M.Eng




Reliability adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang lahir dari kombinasi beberapa macam ilmu lain, seperti matematika, ekonomi, logistik dan teknik mesin. Sebagai sebuah cabang ilmu yang relatif muda, penerapan reliability sudah cukup banyak, terutama di perusahaan yang sangat menjunjung tinggi kualitas atau instansi yang menggunakan peralatan dengan standar keandalan yang tinggi. Ada banyak manfaat yang dapat diambil dari Reliability, salah satunya adalah untuk membantu memahami product behavior dari sudut pandang keandalan suatu materiil atau produk. Dengan memahami prilaku dan kecenderungan sebuah produk dalam pemakaian, maka seseorang atau sebuah instansi pengguna dapat melakukan tindakan atau perlakuan yang tepat terhadap produk yang digunakannya. Di bidang manufaktur, proses pengembangan produk (product development) telah memperhitungkan detail dari reliability, terutama karena reliability sudah menjadi sebuah kebutuhan (requirement) yang didorong oleh kesadaran pengguna produk atau konsumen terhadap pentingnya keandalan produk yang dipakainya sehari-hari. Pembahasan sekilas tentang reliability dan product behavior ini diharapkan memberikan sedikit gambaran tentang apa itu reliability dan kaitannya dengan product behavior dengan harapan dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami prilaku produk sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menanganinya.

Konsep Reliability
Reliability berasal dari kata reliable yang artinya handal atau andal. Kata andal dalam bahasa Indonesia menunjukkan makna kualitatif tentang kemampuan seseorang atau sesuatu dalam melakukan suatu fungsi atau kerja tertentu. Karena bersifat kualitatif maka tidak ada batasan angka tertentu yang menunjukkan seberapa besar keandalannya, namun diekspresikan dengan kata pembanding seperti sangat, kurang atau tidak andal. Konsep reliability atau keandalan berangkat dari tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui tingkat keandalan suatu peralatan, benda atau manusia dalam melaksanakan tugas tertentu, namun diekspresikan secara kuantitatif dengan menggunakan angka-angka.

Sebuah produk dapat berupa sebuah single komponen atau multi komponen yang membentuk sebuah sistem. Menurut Manetsch dan Park, secara definitif, sebuah sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan. Kemampuan sistem dalam melaksanakan fungsinya dapat diketahui dari keandalannya (reliability). Dengan demikian, bicara tentang reliability tidak akan lepas dari system reliability yang merupakan hasil perhitungan dari keandalan setiap komponennya. Beberapa definisi keandalan sistem, yaitu:

"The reliability of a system is the probability that a component, device, equipment, or system will perform its intended function for specified period of time under a given set of conditions".

"The reliability of system is called its capacity for failure free operation for a definite period of time under given operating conditions, and for minimum time lost for repair and preventive maintenance"

Dari beberapa definisi tersebut maka keandalan sistem adalah probabilitas suatu peralatan, sistem, atau komponen akan berfungsi dengan baik pada saat di butuhkan dalam suatu misi atau tugas operasi di waktu tertentu. Keandalan suatu sistem akan cenderung menurun seiring bertam bahnya umur atau masa pakai subsistem dan komponen penyusunnya. Namun kondisi ini dapat dikembalikan/ditingkatkan dengan cara penggantian subsistem/komponen dengan yang baru atau dengan melaksanakan kegiatan perawatan yang tepat.

Probabilitas dan Keandalan
Keandalan adalah suatu nilai probabilitas sehingga perhitungannya merupakan suatu bentuk matematika terapan. Misalkan sebuah tes dengan menggunakan sejumlah percobaan, dimana setiap percobaan mempunyai peluang yang sama dalam menghasilkan even A (jika tidak A, maka yang terjadi adalah even B). Probabilitas kejadian (probability occurance) dari even A didefinisikan sebagai perbandingan jumlah percobaan yang menghasilkan A dengan jumlah total percobaan.


Distribusi Probabilitas
Sebuah distribusi probabilitas dalam reliability analysis adalah pola sebaran data waktu rata-rata antar kerusakan suatu komponen atau sistem dalam bentuk grafik. Distribusi probabilitas yang umumnya digunakan untuk menganalisa pola perawatan komponen antara lain distribusi Weibull dan Eksponensial. Distribusi Weibull dapat menggambarkan kondisi faliure rate dari komponen baik dalam area DFR (decreasing failure rate), CFR (constant failure rate), maupun IFR (increasing failure rate) melalui variasi nilai shape parameternya. Sedangkan distribusi eksponensial dapat memodelkan khususnya increasing failure rate dari kerusakan suatu komponen.

Interprestasi Nilai Keandalan
Reliability adalah sebuah fungsi waktu sehingga akan selalu berkaitan dengan rentang waktu yang telah ditetapkan. Jika sebuah komponen dikatakan mempunyai keandalan sebesar 90 %, ini dapat diartikan bahwa sebanyak 90 % dari populasi komponen yang sejenis akan dapat bekerja dengan baik tanpa gagal selama 100 jam, sementara 10% populasi akan gagal sebelum 100 jam operasi. Dapat pula diinterprestasikan bahwa komponen dengan keandalan 90 % dapat bekerja sesuai fungsi selama 90 jam tanpa mengalami kegagalan dari 100 jam yang ditentukan.

Mengapa Reliability itu Penting?
Reliability menjadi semakin penting dewasa ini baik bagi perusahaan atau produsen maupun bagi pengguna sebuah produk. Ada sejumlah alasan mengapa reliability penting sebagai atribut dari sebuah produk, antara lain:

a. Reputasi. Reputasi sebuah perusahaan sangat dipertaruhkan terutama tingkat keandalan produknya di mata pengguna. Umumnya semakin reliable sebuah produk, maka semakin tinggi reputasi perusahaan dan semakin banyak konsumen yang membeli, sehingga omzet penjualan produk akan semakin meningkat.

b. Customer Satisfaction. Banyak factor yang mempengaruhi tercapainya customer satisfaction (kepuasan pelanggan) antara lain kualitas produk, kemasan, keandalan, pelayana purna jual dll. Salah satu unsur penting dari kualitas produk adalah keandalan produk itu sendiri. Keandalan bukanlah satu-satunya aspek kualitas produk, sehingga keandalan yang tinggi mungkin saja tidak akan serta merta meningkatkan kepuasan pelanggan. Namun ketidakandalan produk akan jelas melukai kepercayaan pembeli, sehingga produk dengan keandalan tinggi merupakan suatu keharusan bagi perusahaan dalam mencapai customer satisfaction.

c. Warranty Cost. Jika produk tidak dapat menunjukan performa sesuai spesifikasi kemampuan dalam masa garansi, maka perusahaan wajib untuk memperbaiki atau mengganti dengan produk yang baru. Biaya untuk menjamin garansi tentunya akan mempengaruh tingkat keuntungan perusahaan atau bahkan dapat menyebabkan kerugian yang mengguncang cash flow perusahaan. Disamping itu, perusahaan harus menanggung image yang negatif akibat ketidakandalan produknya dan juga harus mengeluarkan ongkos tambahan untuk mengembalikan kepercayaan pembeli, baik untuk menarik semua produk gagal yang beredar maupun untuk menambah volume iklan di media.

d. Continuous Improvement. Atribut keandalan dalam sebuah produk menjadi sangat penting apalagi jika disandingkan dengan visi continuous improvement yang diusung perusahaan. Upaya-upaya peningkatan keandalan produk oleh perusahaan akan menunjukkan kepada customer tentang keseriusan perusahaan dalam memuaskan pelanggan.

e. Cost Analysis. Produsen sebuah produk dapat menggunakan data reliability dan mengkombinasikannya dengan data biaya-biaya untuk menganalisa cost-effectiveness dari produk-produknya. Analisa terhadap life cycle cost akan membuktikan bahwa walaupun pada awalnya biaya produksi cukup tinggi, namun secara keseluruhan total biaya akan lebih kecil. Dengan keandalan yang tinggi maka biaya penggantian atau perbaikan akibat dari garansi dapat ditekan, sehingga total cost akan berkurang.

f. Customer Requirement. Saat ini banyak customer yang menginginkan supplier mereka mempunyai program peningkatan keandalan yang efektif. Pada umumnya mereka belajar dari pengalaman tentang keuntungan menggunakan produk yang reliable. Mereka bisa menjadi pengguna yang fanatik terhadap produk tertentu, contohnya dengan membuat klub-klub pecinta kendaraan dengan merek tertentu atau menyebarkan informasi dari mulut-mulut tentang produk andal yang mereka gunakan. Sebaliknya mereka akan tak segan-segan beralih ke produk dari perusahaan lain jika dirasa terdapat penurunan keandalan dari produk tersebut. Dengan demikian keandalan produk sudah menjadi kebutuhan dari para customer dan program peningkatan keandalan bagi perusahaan menjadi suatu keharusan untuk menjaga kepercayaan customer.

g. Competitive Advantage. Perusahaan-perusahaan akan secara bangga mempublikasikan perkiraan angka keandalan mereka melalui media untuk mendapatkan keuntungan melebihi kompetitor yang tidak mempublikasikan produknya atau kompetitor yang mempunyai angka keandalan produk yang lebih rendah. Angka keandalan tentunya tidak bisa tinggal klaim saja, tetapi harus didukung dengan program keandalan yang efektif serta data-data ilmiah hasil eksperimen dan hasil survey dari pengguna tentang keandalan produk yang mereka gunakan.

Product Development Process dan Reliability
Jika berbicara tentang hubungan antara reliability dan quality maka kita harus mengkaitkannya dengan product development process. Product development process adalah proses dasar pengembangan sebuah produk baru oleh manufacturer atau perusahaan yang dimulai dari timbulnya sebuah ide tentang produk dan diakhiri dengan sebuah produk akhir. Pada umumnya ada 6 langkah dasar product development process, yaitu :

a. Mengidentifikasi ‘Bright Idea’. Langkah ini adalah langkah awal pembentukan ide sebuah produk.

b. Mendefinisikan product requirement. Setelah bright idea, langkah selanjutnya adalah mendefinisikan atribut yang melekat pada produk, kebutuhan dan tujuan pembuatan produk.

c. Tahap mengumpulkan informasi dan planning. Pada tahap ini segala data dan informasi tentang produk harus dikumpulkan dan dianalisa sebagai dasar untuk penyusunan rencana, antara lain data tentang produk serupa yang ada di pasaran, hak patent, penelitian pasar dll.

d. Tahap design. Tahap desain tidak semata terkait dengan unsur teknis, tetapi juga melibatkan analisa dan seni. Tahap design meliputi analisa, diskusi dan evaluasi terhadap conceptual design.
e. Prototyping. Prototyping merupakan phase verifikasi desain dari product development untuk membuktikan bahwa desain yang dibuat dapat diwujudkan dalam bentuk fisik. Phase ini merupakan suatu alat untuk kegiatan analisa fungsi dan visualisasi serta koreksi terhadap desain.

f. Production. Setelah aspek desain, testing dan marketing analysis telah dilaksanakan dengan sempurna, maka dimulailah proses produksi. Tahap produksi diawali dengan melakukan break-down dari desain menjadi dokumen-dokumen yang lebih detail seperti part drawing, spesfikasi komponen, assembly drawing, process drawing, bill of materiil dan manufacturing specification. Berdasarkan dokumen-dokumen tersebut barulah dilaksanakan kegiatan manufacturing yang pelaksanaannya terkait dengan variable-variable lain seperti sumber daya, biaya, outsourcing dll. Yang tak kalah penting adalah kegiatan product launching untuk mengenalkan produk kepada khalayak agar dapat mendongkrak penjualan, sehingga dapat memberikan keuntungan kepada perusahaan/produsen.


Product Behavior untuk Unrepairable/Komponen
Salah satu manfaat analisa keandalan adalah untuk mengetahui dan memahami product behavior atau prilaku dari sebuah produk dilihat dari segi keandalannya. Sebuah kurva yang dapat menjelaskan secara lengkap tentang prilaku sebuah adalah Bath Tub Curve atau Kurva Bak Mandi.


Bath tube curve menggambarkan tiga pola rate kerusakan yaitu DFR (decreasing failure rate), CFR (constant failure rate) dan IFR (increasing failure rate). Untuk mendapatkan pemahanan tentang bath tube curve, dimisalkan sebuah populasi komponen homogen dari sebuah sampel besar diambil dan ditempatkan dalam operasi pada T = 0 (T adalah operational time atau mission time atau lamanya waktu masa guna komponen). Pada awal pengoperasian akan terjadi failure rate yang tinggi. Hal ini akan berkurang secara cepat sesuai grafik di atas. Periode penurunan failure rate (Decreasing Failure Rate/DFR) tersebut dikenal dengan istilah early life period atau burn-in period, debugging period, break-in period, shake down period, atau infantile mortality period.

Dalam periode ini, kegagalan atau kerusakan komponen terjadi terutama karena kelemahan pada phase desain atau manufaktur. Dengan kata lain, kerusakan diakibatkan komponen-komponen yang di bawah standar (substandard) dimana probabilitas kegagalan tergantung pada berapa lama komponen tersebut dioperasikan.

Ketika komponen yang di bawah standar semuanya telah gagal/rusak pada TE, failure rate akan stabil pada angka yang rata-rata konstan (Constantantious Failure Rate/CFR). Periode ini disebut useful life time dimana komponen-komponen dapat digunakan secara optimal dan menguntungkan. Kerusakan atau kegagalan komponen pada masa ini bersifat random, chance atau catastrophic karena terjadi secara acak dan tidak dapat diprediksi.

Pada saat komponen mencapai usia pakai TW, failure rate kembali meningkat (Increasing Failure Rate/IFR) ketika kegagalan degradasi mulai muncul sebagai konsekuensi usia pemakaian yang mendekati akhir life time komponen. Pada normalnya, sejumlah komponen telah rusak dan gagal beroperasi pada usia TW. Sedangkan yang masih bertahan setengahnya akan gagal pada usia antara TW dan TM, dimana TM adalah usia rata-rata life time komponen (mean life).

Reliability secara umum berkaitan dengan tiga periode tersebut. Untuk peralatan dengan keadalan sedang, early life period dapat dibuat sesingkat mungkin atau bahkan dieliminir dengan peningkatan mutu desain, fabrikasi dan asembli atau dengan melakukan test-test untuk mengeliminir komponen yang gagal sebelum diasembli atau dikeluarkan dari pabrikan (burn-in tests). Pelaksanaan burn-in tests terhadap komponen-komponen diikuti dengan debugging atau proses identifikasi dan penanganan defect atau error pada komponen sangat dianjurkan untuk menghasilkan komponen yang handal seperti misil, roket dan perangkat luar angkasa. Jika desain dan aplikasi sudah benar, periode wear-out seharusnya tidak akan terjadi pada masa penggunaan. Untuk sistem yang harus bekerja secara penuh dengan masa pakai yang lama, insiden kegagalan dapat ditunda hampir tanpa batas waktu. Komponen diganti ketika gagal pada masa useful life time dan setiap komponen walaupun belum mengalami kegagalan atau baru menunjukan indikasi kegagalan harus diganti tidak melebihi masa useful life timenya.


Product Behavior untuk Repairable System
Untuk sebuah sistem yang kompleks, peningkatan nilai keandalan sistem dapat dicapai melalui program perawatan pencegahan, termasuk di dalamnya adalah kegiatan overhaul. Program tersebut dapat mengurangi efek dari menurunnya performa sistem karena bertambahnya umur dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap masa pakai sistem atau peralatan tersebut. Model keandalan berikut mengasumsikan bahwa sistem kembali ke kondisi awal setelah mengalami kegiatan perawatan preventif, dalam hal ini tindakan overhaul.

EDISI PERDANA 2010
9 APRIL 2010
PEMBEKALAN

TAHUKAN ANDA APAKAH ITU PENGHAPUSAN?

Kolonel Kal Sahala Naibaho


Apa Pengertian Penghapusan?
Semua benda atau peralatan yang ada atau digunakan oleh manusia mempunyai life time dan masa efektif penggunaan (Useful life time) yang berbeda-beda tergantung dari rancangan awal pembuatan dan pemeliharaan selama pemakaian. Di dalam ilmu logistik, penghapusan merupakan salah satu tahap atau bagian dalam suatu proses logistik. Ada banyak pengertian tentang penghapusan, salah satunya adalah penghapusan menurut lingkup TNI Angkatan Udara, yaitu suatu usaha dan kegiatan untuk membebaskan Barang/Materiil dari pertanggungjawaban perbendaharaan negara menurut peraturan yang berlaku. Penghapusan dilaksanakan sebagai upaya untuk menghapus barang dari daftar inventaris, dengan tujuan membebaskan bendaharawan materiil atau pengurus barang dari pertanggungjawaban secara administrasi dan fisik.


Apakah Alasan Penghapusan?
Alasan dilakukannya penghapusan materiil adalah karena pertimbangan/alasan tertentu agar tidak menjadi beban secara terus-menerus bagi Pembina dalam tugasnya membina Barang/Materiil yang ada di satuannya. Pertimbangan/alasan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Pertimbangan Teknis, yaitu secara fisik barang tidak dapat digunakan karena rusak atau tidak ekonomis bila diperbaiki, secara teknis tidak dapat digunakan lagi akibat moderenisasi, telah melampaui batas waktu penggunaanya/kadaluarsa, mengalami perubahan dalam spesifikasi seperti terkikis, aus, penyusutan dan lain-lain.

2. Pertimbangan Ekonomis, yaitu secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabila dihapus, karena biaya operasional dan dan pemeliharaannya lebih besar dari manfaat yang diperoleh, tidak diperlukan lagi oleh negara (pengguna/pemakai seperti Dephan/TNI ) atau terjadinya surplus atau ekses.

3. Pertimbangan karena Hilang/Kekurangan Perbendaharaan, yaitu kesalahan/kelalaian Bendaharawan Materiil/Pengurus Barang, karena kecelakaan dan atau alasan tak terduga (force majeure) atau mati bagi hewan/ternak.

Apa Tujuan Penghapusan?
Penghapusan di lingkungan TNI Angkatan Udara dilaksanakan dengan beberapa tujuan, sebagai berikut:

1. Membebaskan Bendaharawan Materiil atau Kepala Unit Pengurus Barang (UPB) dari pertanggungjawaban secara administrasi dan fisik yang berada di bawah penguasaan atau pengurusannya.
2. Mencegah timbulnya akibat-akibat yang merugikan dalam arti seluas-luasnya.
3. Memanfaatkan kembali barang yang telah dihapuskan ke dalam bentuk/manfaat lain, atau diserahkan kepada instansi lain yang membutuhkan.
4. Dapat dijadikan salah satu sumber penerimaan keuangan negara dengan proses pelelangan.


Bagaimana Prosedur Penghapusan?
Agar dapat melaksanakan penghapusan dengan benar, pengguna barang perlu mengetahui alur pelaksanaan (lihat gambar). Proses penghapusan Barang/Materiil dilaksanakan melalui pengajuan usul penghapusan Barang Milik/Kekayaan Negara dengan prosedur sebagai berikut:


1. Pengajuan Laporan untuk Usulan Penghapusan.

- Kepala Unit Pengurus Barang (UPB), Kepala/Komandan Satuan Kerja (Satker) atau Bendaharawan Materiil/Barang berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang terus-menerus terhadap materiil/barang yang menjadi tanggungjawabnya berkewajiban melaporkan kepada atasannya / Pembantu Penguasa Barang Inventaris (PPBI). Apabila terjadi perubahan dan atau kerusakan terhadap materiil/barang tersebut, agar disusun suatu rencana usulan penghapusan. (Contoh Satkai Lanud Halim PK sebagai UPB melaporkan pengajuaan usul penghapusan kepada Pangkoopsau I sebagai PPBI).

- Laporan yang dimaksud disusun dan dilengkapi dengan keterangan atau data mengenai : identitas dan ciri barang, lokasi/tempat beradanya barang, harga perolehan barang bersangkutan, sebab-sebab/alasan penghapusan dan foto barang/materiil yang akan di usul hapuskan.

2. Pembentukan Panitia Peneliti/Pencela Penghapusan. Atas dasar usulan tersebut, atasan yang bersangkutan (PPBI) membentuk panitia peneliti/pencela penghapusan untuk meneliti keadaan barang yang diusulkan hapus oleh satkai (UPB), dengan ketentuan sebagai berikut:

- Untuk barang inventaris di tingkat kotama, panitia peneliti/pencela penghapusan ditetapkan oleh Pembantu Penguasa Barang Inventaris (PPBI) dengan anggota, yaitu unsur satkai (UPB), unsur Pang/Dan/Ka Kotama (PPBI) dan unsur instansi teknis setempat.
- Untuk barang inventaris di tingkat pusat, panitia peneliti/pencela penghapusan ditetapkan oleh Penguasa Barang Inventaris (PBI) dengan anggota yaitu unsur satkai (UPB), unsur Penguasa Barang Inventaris (PBI) atau Pembantu Penguasa Barang Inventaris (PPBI) dan unsur instansi teknis setempat.
- Tugas panitia peneliti/pencela penghapusan, yaitu memeriksa/meneliti dan menilai barang yang akan dihapuskan dan menyelesaikan kelengkapan administrasi usul penghapusan.

3. Pembuatan Berita Acara Penelitian/Pencelaan. Hasil penelitian/pencelaan barang yang dinilai panitia penghapusan dituangkan dalam suatu Berita Acara (BA) penelitian/pencelaan dilampiri dengan, daftar barang yang diusulkan untuk dihapuskan lengkap dengan data-datanya, sebab-sebab/alasan penghapusan, bukti/surat keterangan/foto yang mendukung usul penghapusan. Berita Acara (BA) selain ditanda tangani oleh panitia harus diketahui/ditandatangani oleh UPB/Kasatker yang bersangkutan.

4. Penerbitan Keputusan Persetujuan Penghapusan (KEP).
EDISI PERDANA 2010
9 APRIL 2010
PEMBEKALAN

PENGHAPUSAN MATERIIL US MAP
Oleh : Mayor Kal Rezky Deliansyah


Sebagian dari meteriil TNI berasal dari berbagai negara dan menggunakan berbagai sumber pendanaan untuk proses pengadaan, pengoperasian dan pemeliharaannya. Salah satu sumber pengadaan materiil TNI adalah bantuan yang bersifat pinjaman dari Pemerintah Amerika Serikat kepada Pemerintah Indonesia melalui program “United States Military Assistance Progaram (US MAP). Bantuan militer ini ditandai dengan pertukaran nota pemerintah RI dan Pemerintah Amerika Serikat pada tanggal 15 Agustus 1950 dan berakhir pada tahun 1978. Nota bantuan militer tersebut disertai perjanjian yang saling mengikat yang disepakati bersama.
Materiil eks US MAP adalah materiil inventaris kekayaan negara yang merupakan bantuan bersifat pinjaman dari Pemerintah Amerika Serikat melalui program bantuan militer (MAP) yang di lingkungan Dephan, Mabes TNI, Angkatan dan Polri. Apabila materiil tersebut sudah tidak dipergunakan atau sudah tidak dapat digunakan lagi, maka harus dikembalikan kepada pemerintah Amerika Serikat.
Pelaksanaan penyerahan maupun penyelesaian administrasi oleh Pemerintah Amerika Serikat di Indonesia dilaksanakan oleh Badan di bawah Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, yaitu “United States Defence Liaison Group” (USDLG) yang kemudian berubah nama menjadi “Office Military Assistant and Defence Program” (OMADP). Penyerahan dilaksanakan sejak tahun 1950 dan dihentikan pada tahun 1978 karena dianggap bahwa Pemerintah Indonesia merupakan Negara yang sudah mampu. Alat peralatan eks US MAP yang diserahkan kepada Pemerintah Indonesia senilai Lebih kurang US$ 200 juta yang terdiri dari berbagai pesawat terbang, kapal laut, ranmor, senjata, materiil zeni, peralatan bengkel, peralatan komlek dan lain-lain.
Pemerintah Indonesia sesuai nota bantuan militer dan perjanjian tentang pemberian bantuan materiil TNI menyetujui ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak akan menyerahkan/meminjamkan materiil eks US MAP kepada pihak ke tiga.

2. Terhadap barang-barang “Clasified” akan menjamin pengamanan/kerahasiaan sesuai yang ditentukan Pemerintah Amerika Serikat.

3. TNI akan menandai atas barang milik Pemerintah Amerika Serikat dan daftar barang tersebut diserahkan kepada OMADP, selanjutnya personel Pemerintah Amerika Serikat diijinkan membuktikan dan mengetahui kebenaran kondisi materiil eks US MAP.

4. Materiil eks US MAP yang dinyatakan sebagai ekses akan diserahkan kembali kepada Pemerintah Amerika Serikat untuk ditentukan posisi akhir.

5. Pemerintah Indonesia menyetujui penempatan personel Amerika Serikat dan mendapat “Privilege” dan kekebalan yang sama dengan personel di Kedutaan Besar Amerika Serikat.

6. Pemerintah Indonesia sanggup menyediakan rumah, ruang kantor yang layak bagi personel Amerika Serikat serta dana rupiah yang diperlukan bagi pengeluaran administratif dan operatif di wilayah Indonesia.

Penghapusan Materiil Eks US MAP
Kondisi materiil US MAP saat ini baik dari segi teknis maupun ekonomis telah memenuhi syarat untuk dapat diusulhapuskan. Ketentuan penghapusan materiil eks US MAP inventaris TNI telah diatur dalam perjanijian MOU antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat yang ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 17 Oktober 1979 dengan isi antara lain sebagai berikut :

1. Materiil eks US MAP apabila akan dihapus dari inventaris TNI harus disetujui oleh pemerintah Amerika Serikat.

2. Surat-surat yang dibutuhkan dan pengawalan yang diperlukan akan diberikan oleh Dephan dan TNI dalam rangka melaksanakan pemeriksaan oleh personel dari OMADP maupun calon pembeli ke lokasi sebagai rangkaian proses penghapusan,.

3. Biaya pemindahan materiil eks US MAP yang terkait dengan proses penghapusan adalah tanggung jawab Pemerintah Indonesia.

Sejak tahun 1996, Dephan telah mengusulkan proses usul hapus barbagai materiil eks US MAP yang sampai saat ini belum ada penyelesaiannya. Pengajuan usul hapus dibagi dalam tiga kategori yaitu ;

1. Kategori I. Berupa materiil eks US MAP yang telah mendapat persetujuan penghapusan dari OMADP Kedubes AS, namun Dephan yang menunjuk yayasan Maju Kerja (sebelumnya bernama Satya Bhakti Pertiwi) belum diminta menyerahkan kompensasi nilai penjualannya ke OMADP.

2. Kategori II. Berupa materiil eks US MAP yang telah diinspeksi oleh tim ODC, Dephan/TNI, dan Angkatan, namun belum diperoleh persetujuan (official approval).

3. Kategori III. Berupa materiil eks US MAP yang telah diajukan usul hapus, namun belum dilakukan pemeriksaan secara fisik oleh ODC dan tim Dephan/TNI, serta Angkatan.

Pengajuan usul hapus terakhir yang diajukan oleh Dephan tertanggal 2 April 2008 dengan nomor surat: B/1075/IV/2008/DJSTRA tentang Permohonan tindak lanjut penghapusan materiil eks US MAP yang diajukan kepada Chief of ODC Kedubes Amerika Serikat di Jakarta. Menurut sumber yang penulis dapatkan dari salah satu perwira yang bertugas di Dephan, surat pengajuan ini diterbitkan berawal dari diskusi antara Kedutaan Besar Amerika Serikat dengan Depatemen Pertahanan RI. Salah satu materi diskusi adalah proses penghapusan materiil US MAP. Surat tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan reinventarisasi materiil eks US MAP yang dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2009 sampai dengan 31 Agustus 2009, dengan perincian kegiatan sebagai berikut;

1. Tanggal 20 Agustus 2009 di Kolinlamil Jakarta.
2. Tanggal 21 Agustus 2009 di Gudang PT Harlisa Indah Raya, Kapuk Jakarta.
3. Tanggal 24 Agustus 2009 di Satlinlamil Surabaya.
4. Tanggal 25 Agustus 2009 di Lanud Iswahyudi Madiun.
5. Tanggal 26 Agustus 2009 di Depohar Senamu 60 Lanud Iswahyudi Madiun.
6. Tanggal 27 Agustus 2009 di Lanud ABD Saleh Malang.
7. Tanggal 31 Agustus 2009 di Satharlan TNI AU Pondok Gede, Jakarta.

Kegiatan reinventarisasi tersebut kemudian dituangkan dalam suatu berita acara reinventarisasi dengan nomor BA/751/2009/Tim tertanggal 31 Agustus 2009 yang ditandatangani oleh 14 anggota panitia. Materiil eks US MAP hasil reinventarisasi ini akan dilanjutkan proses penghapusannya setelah mendapatkan persetujuan pemerintah Amerika Serikat dan telah dilaksanakan dimiliterisasi.

EDISI PERDANA 2010
9 APRIL 2010
PEMBEKALAN

Prosedur Pengurusan Kendaraan Hibah
Kapten Kal Rado Purba
Sesuai Keputusan Menhan Nomor Kep/17/M/V/2005 tanggal 26 Mei 2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Hibah Barang di Lingkungan Dephan dan TNI, diatur bagaimana tatacara memberi Hibah dan Menerima Hibah. Hibah adalah suatu pengalihan hak pemilikan barang kepada atau dari pihak lain tanpa memperoleh imbalan atau pergantian. Istilah Hibah barangkali sudah sangat “familier” bagi insan personil Logistik di jajaran TNI AU khususnya bagi personil pembekalan, namun melalui tulisan ini, perlu kami sampaikan mekanisme Hibah itu sendiri agar tidak menyalahi aturan dan perundangan. Tidak jarang terjadi para Komandan Satuan, Ka Satker di jajaran mendapat bantuan berupa kendaraan bermotor, barang bergerak lainnya dari Pemda setempat atau dari Badan Hukum tertentu maupun dari perorangan. Mendapat bantuan atau dukungan berupa barang, khususnya kendaraan bermotor sangat membantu kelancaran tugas operasional satuan setempat, mengingat kemampuan dinas TNI AU untuk memenuhi kebutuhan satuan masih terbatas. Bagi para Komandan Satuan, Ka Satker di seluruh jajaran TNI AU, bila mendapat bantuan/hibah berupa ranmor baik dari instansi/institusi samping, Badan hukum maupun dari perorangan agar memperhatikan Telegram Kadismatau Nomor T/146/2009 tanggal 9 November 2009 tentang hibah ranmor dan persyaratannya sebagai berikut :

a. Berita Acara Hibah dari pemberi hibah (BA Hibah), yang ditandatangani kedua belah pihak di atas materai cukup.

b. Berita Acara Penerimaan/Pemeriksaan oleh Satuan setempat.

c. Berita Hasil riksa fisik yang dikeluarkan oleh Puspom/Satpom Lanud terdekat.

d. Faktur asli kendaraan (Kendaraan New).

e. Data Ranmor meliputi :

1) Nomor Rangka.

2) Nomor Mesin.

3) Jenis, Kapasitas silinder.

4) Tahun Pembuatan.

5) Warna Ranmor harus sesuai standart TNI AU yaitu Airforce Blue.
f. Foto Ranmor tampak depan, samping kiri, kanan dan belakang.

g. Bila Ranmor yang dihibahkan adalah Ranmor bekas, berarti telah terdaftar di Kepolisian setempat sehingga harus terlebih dahulu dilengkapi dokumen-dokumen sebagai berikut:

1) Bukti pencabutan Dokumen dari Kepolisian setempat.

2) BPKB Kendaraan Asli.

3) STNK Asli dari Kepolisian.

Lalu setelah persyaratan di atas sudah dipenuhi, selanjutnya Satker setempat mengajukan surat KBNKB dinas kepada Kadismatau tembusan kepada Danpuspomau. Dengan demikian penerimaan hibah tersebut resmi menjadi Inventaris TNI AU dan dukungan bahan bakar dapat di penuhi Dismatau. Dalam hal ini Subdis Bekumranmor sebagai pelaksana pengendali sediaan kendaraan bermotor masih banyak menemukan kendaraan yang diberikan atau diperbantukan oleh pihak di luar TNI AU namun belum melaksanakan atau melengkapi proses seperti dijelaskan, sehingga pemberian nomor kendaraan dinaspun masih fiktif (menyalahi aturan). Celakanya lagi dari satuan atau Satker masih berulang-ulang untuk mengajukan dukungan bahan bakar yang sudah barang tentu tidak dapat dipenuhi sebab bukan barang Inventaris TNI AU.

Melalui tulisan ini kami menghimbau agar Satuan atau Satker yang masih memiliki kendaraan bermotor dan belum masuk menjadi Inventaris TNI AU (Fiktif) agar segera melaksanakan pengurusan hibah sesuai prosedur agar masuk Inventaris TNI AU dan dapat secara resmi didukung kebutuhan BBMnya. Dengan melaksanakan pengurusan ranmor hibah sesuai prosedur yang berlaku, diharapkan inventarisasi ranmor dinas dapat lebih baik di masa yang akan datang.

EDISI PERDANA 2010
9 APRIL 2010
PEMBEKALAN

DESAIN AREA DAN PRINSIP OPERASI GUDANG
By Mayor Kal Irwansyah




Emmet (2005) mendefinisikan Gudang atau warehouse sebagai suatu area atau space yang direncanakan untuk menyimpan dan mengelola barang-barang atau materiil. Kata warehouse atau gudang biasanya diartikan serupa dengan distribution center atau pusat distribusi. Namun beberapa ahli pergudangan mendefinisikan secara spesifik kedua istilah tersebut dilihat dari dinamika kegiatan di dalamnya. Warehouse atau gudang diartikan sebagai ‘building without service’ yang artinya sebuah area atau gedung yang digunakan untuk menyimpan suatu persediaan. Sementara itu, Distribution center atau pusat distribusi diartikan sebagai ‘warehouse plus dynamic service’ atau sebuah gudang yang tidak hanya sebagai tempat menyimpan persediaan, tetapi juga menjalankan pelayanan mendistribusikan materiil ke penerima-penerima barang. Dengan demikian, derajat Distribution Center lebih tinggi dibandingkan sebuah warehouse atau gudang jika dilihat dari ada tidaknya pelayanan yang signifikan dalam keseluruhan kegiatan rantai supply di suatu organisasi.

TNI Angkatan Udara sebagai sebuah organisasi yang mempunyai tugas pokok menjaga kedaulatan negara di dirgantara adalah sebuah organisasi logistik yang kompleks yang bergerak secara dinamis dalam menjalankan kegiatan penggunaan dan pembinaan kekuatan udara di Nusantara. Keberadaan logistik TNI Angkatan Udara sangat krusial, karena logistik tidak hanya mencakup materiil seperti pesawat, rudal, radar, manusia dan sarana-prasarana, namun juga mencakup sistem pembekalan yang menjadi motor penggerak organ-organ logistik tersebut. Keberadaan sistem pergudangan di TNI Angkatan Udara hanyalah salah satu mata rantai (supply chain) dari suatu rangkaian supply logistik yang berakhir pada terlaksananya kegiatan operasi dan latihan dengan baik dan sempurna.
Jika dilihat alur pergudangan di TNI Angkatan Udara, khususnya di Pembekalan Materiil Pusat, sistem pergudangan yang ada cukup representatif sebagai satu-satunya pusat distribusi materiil di TNI Angkatan udara. Namun tidak ada salahnya jika kita kembali merefresh ingatan kita tentang teori dasar ilmu pergudangan, terutama yang terkait dengan desain area gudang dan prinsip-prinsip pergudangan dari sudut pandang lain. Mengingat ilmu pergudangan mempunyai root pengetahuan yang sama, maka teori dasar yang akan disampaikan banyak memiliki persamaan walaupun dalam penerapannya agak berbeda.

Peran Inventory masih Pentingkah?
Pergudangan modern umumnya berusaha untuk menekan biaya pergudangan (warehousing cost) serendah-rendahnya dengan meminimalkan inventory atau persediaan. Bahkan dalam penerapan manajemen modern Just In Time (JIT), inventory sudah benar-benar dihapuskan (zero inventory), digantikan dengan sistem yang bekerja sangat ketat dan tepat dalam mensuplai kebutuhan bahan mentah, bahan setengah jadi atau produk akhir. Namun keberadaan persediaan pada kondisi tertentu masih sangat dibutuhkan, apalagi jika dikaitkan dengan fungsi logistik bagi militer dalam mendukung suatu operasi. Berikut beberapa alasan pentingnya keberadaan inventory bagi suatu sistem logistik.
a. Materiil disupplai kepada pengguna atau konsumen dalam jumlah tertentu dan dengan periode waktu yang tertentu juga, sehingga persediaan rata-rata pengaman (safety stock) harus disimpan dalam gudang untuk menjamin kelangsungan operasi suatu organisasi.
b. Sampai saat ini belum ada cara meramal supply dan demand masa depan yang tepat akurat, khususnya bagi organisasi yang mempunyai kebutuhan yang fluktuatif terhadap suatu jenis barang.
c. Bagi organisasi yang mempunyai banyak rencana kontijensi, seperti militer, keberadaan persediaan sangat krusial dalam mendukung semua kegiatan baik terprogram maupun tidak.

Kegiatan pergudangan
Pada dasarnya kegiatan operasi pergudangan terdiri dari 4 macam aktifitas, yaitu Receiving atau Goods in, Storing, Order Selection and Picking dan Transportation (Emmet, 2005).
Receiving atau Goods in. Receiving adalah proses penerimaan materiil di gudang yang merupakan langkah pertama yang akan mempengeruhi langkah selanjutnya. Jika pada proses penerimaan terjadi inaccuracy (ketidakakuratan), maka akan menyebabkan masalah pada kegiatan pendistribusian, sehingga kemungkinan kesalahan harus benar-benar dihindari.
Storing Activity. Setelah barang diterima baik secara fisik maupun administrasi dan telah diverifikasi kebenaran data-datanya, langkah selanjutnya adalah penyimpanan dalam storage room (storing). Storage room atau ruang penyimpanan mempunyai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, tergantung jenis barang dan spesifikasinya. Materiil ditempatkan di sarana penyimpanan, bisa berupa bin, rak, pallet dan lain-lain, yang dapat mempertahankan kondisi baik fisik maupun fungsinya. Personel gudang harus dapat menjamin bahwa materiil yang masuk ke dalam gudang mempunyai kondisi baik dan keluar pada saat distribusi dalam keadaan baik pula. Dengan demikian kegiatan penyimpanan materiil tidak semata menyimpan lalu ditinggal, tetapi harus ada proses pemeliharaan oleh personel gudang guna menjaga kondisi fisik dan fungsinya. Kegiatan pemeliharaan materiil di dalam storage room dapat dilakukan dengan pengecekan secara berkala materiil yang tersimpan, melakukan pembungkusan, pengaturan suhu ruangan dan lain-lain.
Order Selection and Picking Activity. Kegiatan order selection yang dimaksud adalah kegiatan menyeleksi dan menyiapkan materiil sesuai dengan order atau surat perintah pengeluaran resmi. Kegiatan ini tidak hanya mengecek ada tidaknya barang yang dimaksud dalam order, tetapi juga menyusun barang-barang yang mungkin berbeda-beda sesuai data dalam suatu order. Untuk melaksanakan order selection perlu space ruangan tersendiri, yaitu di order assembly area, sehingga barang-barang yang telah disusun per order tidak tergangu atau tertukar dengan barang yang berada dalam status penyimpanan. Order assembly area dapat juga dikatakan sebagai ruang persiapan pengiriman materiil, karena barang-barang yang tersusun dapat dengan segera diambil atau dikirim ke pengguna. Sedangkan Picking activity adalah kegiatan pelayanan bagi order picker atau orang yang mengambil langsung orderan atau pesanan ke gudang. Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa order picker harus mempunyai dan membawa dokumen yang sah untuk melaksanakan pengambilan, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan atau kecurangan dapat dihilangkan.


Transportation. Tujuaan dari kegiatan transportasi atau pengangkutan adalah untuk memindahkan materiil hasil order picking ke pengguna. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan angkutan, antara lain jenis transportasi yang akan digunakan, jadwal, keamanan dan lain-lain. Dalam dunia bisnis, transportasi bisa merupakan bagian dari kegiatan pergudangan dan sebaliknya kegiatan pergudangan bisa merupakan bagian dari suatu usaha transportasi. Jika transportasi merupakan bagian dari kegiatan pergudangan, maka pengangkutan bisa dilakukan oleh personel dari gudang atau dengan menggunakan jasa perusahaan angkutan (transportir) di luar gudang. Apapun jenis hubungan antar gudang dan transportasi, satu hal yang harus dipegang adalah bahwa barang yang dikirim harus sampai dalam keadaan aman, sehingga perpindahan barang dari personel gudang ke personel angkutan harus disertai penyerahan wewenang dan tanggungjawab untuk menjamin barang yang dikirim dalam keadaan aman sampai di tangan pemesan atau pengguna.

Desain Area Gudang
Sebuah gudang didesain untuk memenuhi kebutuhan bagi semua kegiatan pergudangan yang telah disebutkan sebelumnya. Ada banyak desain gudang yang dibuat oleh ahli pergudangan, salah satunya yang digambarkan oleh ahli dari Amerika, Attwood PR. Dari desain di bawah, terdapat beberapa area gudang yang dirancang dengan memperhatikan kegiatan operasi dasar sebuah gudang, sebagai berikut:

Vehicle unloading bay. Sebuah gudang yang baik mempunyai area unloading materiil untuk kendaraan pengantar. Area tersebut bisa terbuka, namun lebih baik tertutup, sehingga jika terjadi hujan tidak akan menghentikan kegiatan bongkar barang (unloading).
Goods inwards receipt area. Area ini digunakan untuk melaksanakan kegiatan receiving atau penerimaan, baik secara fisik dan administrasi. Pada saat kegiatan berlangsung, barang hasil unloading ditempatkan sementara di area ini, sehingga dibutuhkan cukup area cukup besar untuk keleluasaan pelaksanaan kegiatan.
Main storage area. Area utama sebuah gudang adalah ruang penyimpanan yang dibuat dengan standar tertentu sesuai dengan jenis dan spesifikasi materiil yang disimpan. Jika barang disimpan di tempat yang tidak semestinya, maka bisa menyebabkan kerusakan fisik dan fungsi serta mengacaukan keteraturan penyimpanan barang. Umumnya gudang penyimpanan menggunakan prinsip FIFO atau first in first out yang artinya barang yang lebih dulu masuk harus lebih dulu keluar. Main storage area utamanya digunakan bagi materiil yang tergolong slow moving area.

Active store for order picking area. Area active store area merupakan area penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan materiil fast moving item dan materiil yang akan diambil langsung oleh penerima atau pengguna (order picker). Area ini merupakan area persiapan pengiriman untuk order yang telah jelas komposisi dan jadwal pengambilannya. Dengan adanya active store atau ruang penyimpanan aktif, order picker yang datang dapat cepat dilayani dan dapat segera mengambil barang pesanannya.
Order assembly area. Area ini digunakan untuk meramu barang-barang sesuai dengan order yang sudah diterima oleh administrasi pergudangan. Biasanya order yang dipersiapkan adalah order yang harus dikirim oleh bagian angkutan materiil dari pihak gudang, bukan untuk melayani order picker yang mengambil barang dengan kendaraan sendiri. Jika barang yang telah disusun sesuai order akan langsung dikirim dengan angkutan, maka barang akan segera digeser ke loading bay untuk dimuat ke dalam kendaraan. Jika barang tidak langsung dikirim, maka barang akan disimpan di area persiapan pengiriman yang disebut Marshalling area guna menunggu jadwal pengiriman.

Marshalling area. Barang-barang yang telah disusun sesuai order namun tidak untuk dikirim segera dapat disusun di marshalling area sebagai area persiapan pengiriman. Dalam mempersiapkan order, personel gudang harus bisa memprioritaskan antara order yang segera diambil dengan yang masih menunggu angkutan, sehingga pelayanan dapat berjalan dengan baik.
Vehicle loading bay. Ruang atau area ini digunakan untuk melaksanakan loading barang yang sudah disusun sesuai order dan merupakan area tempat parkir kendaraan yang akan muat barang. Barang yang akan diloading bisa digeser dari order assembly area atau dari marshalling area. Area ini sebaiknya tertutup agar pada saat kegiatan loading masih bisa dilaksanakan walaupun terjadi ganguan hujan.

Prinsip Pergudangan Modern
Dalam mengelola sebuah gudang hendaknya personel pembekalan mempunyai asas atau pegangan yang harus dilaksanakan, sehingga fungsi pergudangan dapat berjalan dengan optimal. Berikut adalah beberapa asas pergudangan modern yang disusun oleh Thompkins dan Smith (2005):

Professionalism. Gudang hendaknya dijalankan dengan professional karena fungsi gudang yang krusial di dalam suatu proses logistik. Professionalisme di dalam pergudangan akan memberikan kontribusi yang positif bagi keseluruhan mata rantai kegiatan logistik.
Customer or User Awareness. Personel gudang dapat menjadi perantara antara perencana pengadaan dengan customer atau pengguna, sehingga penguasaan terhadap pengetahuan pergudangan dan materiilnya menjadi penting agar dapat memberikan masukan positif bagi kedua belah pihak.

Measurements. Standard keberhasilan operasi gudang harus dapat ditetapkan dan pengukuran terhadap keberhasilan setiap kegiatan pergudangan harus dilaksanakan, dilanjutkan dengan evaluasi secara periodik guna kemajuan di masa depan.
Operation Planning. Sistem dan prosedur pergudangan yang ada hendaknya mengakomodasi kegiatan perencanaan operasi di gudang, sehingga kegiatan yang dilaksanakan di dalam gudang merupakan produk dari suatu perencanaan proaktif (proactive planning) yang mencakup rencana kontijensi, bukan suatu kegiatan dadakan (reaktif).

Logistics Network. Pergudangan bukanlah sebuah kegiatan yang berdiri sendiri, namun merupakan bagian integral dari suatu sistem logistik terpadu. Kelalaian dalam pelaksanaan kegiatan pergudangan akan berakibat buruk bagi keseluruhan pelaksanaan suatu operasi logistik.

Inventory Turn Over. Kecepatan perputaran materiil dalam inventory dipengaruhi banyak hal, antara lain product life time, tingkat kebutuhan pengguna dan ketepatan pasokan materiil dari rekanan.

Variety of Products. Semakin banyak macam materiil yang masuk di gudang, maka semakin tinggi tingkat kegiatan stock keeping yang harus dilaksanakan. Jika perlu, gudang dengan variasi materiil yang terlampau banyak dapat dibagi menjadi dua atau lebih sehingga beban gudang dapat berkurang dan kegiatan pergudangan dapat lebih optimal.

Flexibility. Akibat dari meningkatnya jenis materiil dan kegiatan di dalam suatu gudang, semua sistem pergudangan dan personelnya harus dapat lebih fleksibel, termasuk dalam kemungkinan pemekaran jumlah dan jenis gudang dalam sistem pembekalan.

Uncertainty. Semua kemungkinan ketidakpastian hendaknya dapat dikurangi, termasuk dalam hal personel, reward dan punishment dan prosedur. Ketidakpastian dapat diminimalkan dengan cara peningkatan disiplin, pembaharuan software dan kesetaraan dalam kesempatan untuk maju bagi personel pergudangan.

Integration. Jika kegiatan internal pergudangan seperti penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, dapat berjalan secara terpadu, maka gudang dapat memberikan kontribusi secara optimal bagi keterpaduan suatu kegiatan logistik secara keseluruhan.

Inventory Management. Sistem manajemen pergudangan yang dilengkapi teknologi yang memadai dapat meningkatkan keakuratan dalam mengelola persediaan (inventory accuracy).
Space Utilization. Penggunaan space atau area gudang hendaknya dilakukan secara efektif dan efisien, sehingga kegiatan distribusi dapat berjalan secara optimal.

Team-Based Continuous Improvement. Sebuah sistem pergudangan harus hidup dan dinamis serta selalu mencari upaya untuk kemungkinan perkembangan atau kemajuan. Sebuah kelompok khusus dengan dukungan pimpinan organisasi dapat ditugaskan untuk mempelajari dan mengevaluasi secara simultan kemajuan sistem pergudangan dengan memperhatikan perkembangan lingkungan strategis di sekitarnya.

Continuous Flow of Materiel. Materiil yang tersimpan dalam persedian harus dapat tersalurkan secara kontinyu guna menghindari persediaan yang besar di dalam gudang. Umumnya semakin lama barang tersimpan dan semakin besar tingkat persediaan akan menyebabkan defect (kerusakan) akibat materiil handling process dan life time yang terbatas dan ongkos pemeliharaan yang membengkak.

Leadership. Peranan pimpinan gudang sangat penting dalam mengendalian aspek manajemen pergudangan dan mengelola energi perubahan sesuai dengan situasi dan tantangan yang terus berkembang.

Warehouse Management Systems. Sistem manajemen pergudangan modern ditandai dengan adanya pemanfaatan dan penggunaan warehouse technolgy baik dalam hardware maupun software pergudangan. Sarana pergudangan modern antara lain penggunaan automatisasi pergudangan menggunakan Identification Technology berbasis barcode atau radio frecuency identification (RFID).


Bekmatpus dan GPP 1
Jika dilihat dari dasar teori di atas, dapat dikatakan bahwa Bekmatpus, dalam hal ini gudang Satrimalur (satuan penerimaan dan penyaluran materiil) dapat dipandang sebagai sebuah distribution center (pusat distribusi), terutama dilihat dari tingkat layanan kegiatan yang cukup tinggi. Desain area gudang Satrimalur pada prinsipnya cukup representatif sebagai sebuah distribution center karena terdapat bagian-bagian gudang yang dapat mengakomodasi semua kegiatan dasar pergudangan, seperti kegiatan penerimaan (gudang transit dan meja riksa), penyaluran (gudang salur) dan transportasi (area loading dan unloading cukup luas dan terbuka). Untuk area main storage di Satrimalur keberadaannya tidak terlalu signifikan karena flow of materiil sangat tinggi, sehingga barang yang diterima langsung disiapkan untuk dikirim ke GPP-GPP atau ke tujuan lainnya.
Jika kita lihat GPP-GPP di bawah Bekmatpus, GPP 1 adalah GPP dengan volume materiil dan kerja yang cukup tinggi. Dengan menggunakan definsi distribution center pada awal pembahasan, GPP 1 bisa digolongkan sebagai sebuah pusat distribusi bagi materil-materil, seperti kaporlap, kapsatlap, Kaporlapsus dan BMP. Jika dilihat dari desain area sebuah gudang ideal, hampir 1/3 bagian gudang digunakan untuk mempersiapkan pengiriman, terbukti dengan adanya active store for order picking area, order assembly area dan marshalling area. Namun adanya keterbatasan space gudang menyebabkan area persiapan pengiriman yang seharusnya ada tidak dapat diwujudkan. Akibatnya, pada saat barang masuk dengan volume tinggi, kegiatan penyiapan dan pengiriman barang tidak dapat mengimbangi besarnya volume barang yang masuk, sehingga terjadi penumpukan barang yang cukup banyak. Keterbatasan angkutan darat dan udara menjadi faktor utama lainnya yang menyebabkan stagnant pada saat penyiapan dan pengiriman barang sesuai dengan IP (Instruksi Pengiriman). Beberapa solusi yang mungkin dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, antara lain dengan menambah space gudang untuk dijadikan area persiapan pengiriman (order assembly/marshalling area) yang disusun berdasarkan order (IP) atau tujuan pengiriman (sesuai IP). Disamping itu, hambatan dalam proses pengiriman yang terutama disebabkan oleh ketersediaan (availability) sarana pengiriman baik melalui darat maupun udara harus dapat dilancarkan kembali sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sementara itu, untuk menghindari banyaknya variety of product yang dapat menyebabkan tingginya variasi kegiatan pergudangan dapat diatasi dengan membentuk GPP baru yang khusus menangani materiil yang jauh berbeda jenisnya, dalam hal ini materiil BMP, sehingga GPP 1 dan GPP BMP dapat lebih fokus dalam melaksanakan kegiatan operasi pergudangan.


EDISI PERDANA 2010
9 APRIL 2010
SERBA-SERBI

PERALATAN KANTOR PUN
HARUS RAMAH LINGKUNGAN
Oleh : Kapten Kal Nanto Nurhuda

Ternyata tidak hanya industri dan transportasi yang ramah lingkungan. Dalam menentukan berbagai pilihan kebutuhan hidup pun kita juga harus mempertimbangkan teknologi dan desain yang ramah lingkungan.


Pembina Item

Dismatau selaku pembina item dan pengendali sediaan untuk komoditi bekal umum, khususnya alat kantor, mempunyai banyak pilihan untuk menentukan jenis, kualitas, dan kuantitas alat kantor yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan satuan kerja dan kemampuan anggaran TNI AU untuk mengadakan kebutuhan tersebut.

Alat kantor atau yang sering kita sebut altor, tidak hanya terbatas pada mesin ketik, meja, kursi dan almari arsip saja. Segala kebutuhan peralatan yang berguna untuk menunjang kinerja di satuan kerja masuk dalam kategori altor. Namun di TNI AU dipilah-pilah lagi kewe nangannya penanganannya dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara dalam juknis tentang penetapan pembina item.

Kajian Tentang Pengaruh Altor Dengan Peningkatan Kinerja

Dalam beberapa buku yang pernah ditulis oleh para senior dan rekan-rekan di TNI AU, setahu penulis belum ada yang menulis tentang kajian ini. Yang banyak kita jumpai adalah tulisan tentang peningkatan pembinaan personil, kualitas pendidikan, pola rekruitmen, perbaikan kesejahteraan, dan lain-lain. Namun literatur tentang pola dan desain interior ruang kantor akan sangat banyak kita jumpai di toko-toko buku besar di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa kajian tentang peningkatan kinerja yang terkait dengan desain interior ruang kantor (yang erat hubungannnya dengan altor) sangat besar pengaruhnya dengan produk kerja yang akan dihasilkan.

Beberapa kejadian besar di berbagai belahan dunia menunjukkan bagaimana kesalahan menentukan pilihan dan penempatan altor berpengaruh besar terhadap hasil kerja, bahkan keselamatan manusia di sekitarnya. Mungkin pembaca masih ingat tentang bencana robohnya sebuah department store di Sampoong Korea Selatan tahun 1995 yang menewaskan 500 orang dan 1.500 manusia terperangkap dalam reruntuhan gedung tersebut. Menurut para ahli yang meneliti kejadian tersebut menyimpulkan ada tujuh faktor utama yang menyebabkan runtuhnya gedung itu, yaitu :

1. Perubahan fungsi gedung yang semula diperuntukkan sebagai kantor berubah menjadi pusat pertokoan. Menyebabkan jumlah manusia dan barang-barang melebihi perkiraan semula.

2. Perubahan struktur empat tiang utama dikarenakan penempatan eskavator di tengah-tengah gedung menjadi lebih kecil dari desain awal.

3. Penambahan konstruksi gedung dari empat lantai menjadi lima lanti sehingga menambah berat beban fondasi dan tiang pancang.

4. Penambahan mesin penghangat lantai yang juga menambah beban gedung.

5. Penambahan alat masak di lantai food court di luar perencanaan arsitekur gedung yang semula diperuntukkan sebagai kantor.

6. Penambahan dua generator pendingin ruangan di atap gedung yang masing-masing beratnya mencapai dua ton.

7. Dan diperparah lagi dengan penggeseran secara manual dua generator tersebut sehingga merusak konstruksi atap gedung.

(sumber : Untarconstruction.com)

Contoh di atas mungkin terlalu ekstrim bila dikaitkan dengan judul tulisan ini. Tetapi yang mestinya kita catat adalah “Apakah kita akan menunggu hingga jatuh korban jiwa untuk merubah pola pikir kita untuk lebih ramah terhadap lingkungan?” Atau kita perhalus menjadi “Apakah kita cukup puas dengan prestasi kerja sekarang, padahal kita mampu untuk merubahnya menjadi lebih baik?”.


Balance of Nature

Banyak petuah lama yang intinya menyarankan kita untuk berbuat kebajikan dengan lingkungan, seperti yang diajarkan dalam ajaran agama Hindu tentang keseimbangan alam, atau pesan musisi Ebiet GAD bahwa alam mulai enggan bersahabat dengan kita. Hal ini berlaku juga di dunia kecil kita yaitu lingkungan kerja.

Konsep minimalis yang tren saat ini mungkin akan sangat sesuai apabila kita terapkan di lingkungan kerja kita. Hal ini sangat relevan dengan bertambahnya jumlah personil pengawakan organisasi TNI AU yang kurang sebanding dengan penambahan ruang kerja dan sarana pendukungnya. Sehingga perlu pembenahan di bidang penataan ruangan yang tetap mengedepankan hierarkhi, efisiensi, sinergi, transparansi, dan yang tidak kalah penting adalah relaksasi.

Dari uraian di atas, penulis mencoba untuk menawarkan beberapa paradigma baru (tetapi sebenarnya usang), tentang peningkatan produk kerja dengan cara me-redecorate ruangan kerja kita, antara lain :

1. Beberapa supervisi bekerja dalam satu meja. Di jajaran Mabesau mungkin kita bisa menempatkan para kepala seksi dan kepala sub seksinya dalam satu meja kerja besar dengan penyekat berbahan block teak setinggi rata-rata kepala kita sehingga mudah dalam berkoordinasi. Yang selama ini berlaku adalah setiap perwira mempunyai satu meja khusus, bahkan kalau perlu disekat dengan filling cabinet, almari takah atau sejenisnya.

2. Bintara/tamtama selaku pembantu supervisi tergabung dalam satu meja kerja. Hal ini sekali lagi memudahkan untuk berkoordinasi dan sekaligus memudahkan pengawasan.

3. Penempatan file dalam satu almari multypurpose. Sentralisasi penyimpanan file akan memudahkan pengarsipan dan pencarian apabila sewaktu-waktu dibutuhkan serta bisa menghemat ruangan yang ada.

4. Tersedianya satu ruang khusus untuk menerima tamu. Kebebasan tiap personil untuk bersosialisasi tentu patut kita hormati. Namun prifasi ruang kantor di instansi militer yang kadang mengedepankan kerahasiaan juga tidak boleh kita abaikan. Penempatan ruang tamu di ruang tertentu yang didesain secara terbuka (tidak di depan meja kerja masing-masing) juga bisa menghindari penyalahgunaan jabatan.

5. Menambahkan ornamen hiasan.
Pemandangan yang indah akan menyejukkan mata dan hati kita sehingga perasaan jenuh/suntuk bisa kita minimalkan. Bisa juga kita kombinasi dengan memperdengarkan alunan musik yang lembut atau memasang therapist unpleasant di salah satu sudut ruangan.

6. Menyediakan locker room di tiap-tiap satker. Hal ini berguna untuk memisahkan barang-barang pribadi dengan barang-barang dinas. Sehingga kerapihan, kebersihan, konsentrasi kerja akan lebih terjaga.
EDISI PERDANA 2010
9 APRIL 2010
SERBA-SERBI


PARODI...,
SALAH SATU CARA PENYAMPAIAN ASPIRASI ARUS BAWAH

Oleh : Kapten Kal Nanto Nurhuda



Sebelum tren acara parodi seperti Extravaganza dan Opera van Java mewabah dan mendapat rating tertinggi sebagai acara komedi televisi, Bekmatpus sudah lama mengenal parodi dan telah dipentaskan di berbagai acara.


Mengenal Parodi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas, pengertian parodi secara umum adalah suatu hasil karya yang dipergunakan untuk memplesetkan, memberikan komentar atas karya asli, judulnya ataupun pengarangnya dengan cara yang lucu atau dengan bahasa satire. Sebagaimana yang dikatakan oleh Linda Hutcheon, seorang teoris literatur,” parodi ... is, not always at the expense of the parodied text.” Seorang kritikus lainnya, Simon Dentith mengartikannya sebagai “any cultural practice which provides a relatively polemical allusive imitation of another cultural production or practice.”

Pementasan parodi sering dibawakan oleh kelompok-kelompok tertentu, baik dari kalangan aktivis mahasiswa, seniman, buruh pabrik, ibu rumah tangga dan lain-lain. Bahkan di instansi perkantoran pun tak jarang mementaskan parodi di berbagai kesempatan. Termasuk yang telah dilakukan oleh anggota Bekmatpus Dismatau.


Berbagai Nama dan Karakter

Beberapa judul pernah dipentaskan oleh anggota Bekmatpus di berbagai acara seperti sertijab Kadismatau dan sertijab Kabekmatpus, bahkan pernah juga ditampilkan di depan Kepala Staf Angkatan Udara di acara sarasehan Pamen TNI AU. Berbagai komentar dan respon pun berdatangan baik berupa kritik maupun pujian. Semakin banyak kritik dan masukan maka semakin memperkaya ide dan kreatifitas.

Beberapa nama yang pernah meramaikan khazanah parodi di Bekmatpus, antara lain :

1. Letkol Kal Ulung Prabawa (sekarang Pabandya Kalmat Koopsau I) dengan kritikan monolognya.

2. Mayor Kal Priyaana Nugraha (sekarang Kasi Yanpers Lanud Halim P.) dengan parodi musikal “Batman Kasarung”.

3. Mayor Kal Dwi Yunanto (sekarang Kasubsi Ranmintis Subdis Bekumranmor Dismatau) dan Mayor Kal Paulus (sekarang Kasi BMP Lanud Medan) mementaskan lakon yang berlabel “Miss Universe Mencari Jodoh”.

4. Kapten Kal Nanto Nurhuda (sekarang Kasubsi Alsatri Subdis Bekumranmor Dismatau) dengan pementasan “Suminten Edan”, “Debat Calon Lurah”, dan “Sangkuriang Sakit”.

5. Serma Richardus (anggota Satrimalurmat Bekmatpus) dengan beberapa lakon “Goro-goro Punakawan”.

6. Serma Sutanto (anggota Taud Bekamtpus) dengan perannya sebagai Bagong.

7. Serka Purwanto (anggota Satrimalurmat) dengan perannya sebagai Petruk.

8. Pelda Suyanta (anggota Satrimaurmat) dengan perannya sebagai Semar.

Kesemua pementasan parodi di atas digawangi dan diperankan oleh anggota Bekmatpus. Berbagai cerita tersebut begitu mengakar dan membekas khususnya pada anggota Bekmatpus dan pejabat yang “diparodikan”. Hingga saat ini pun nama-nama tokoh seperti Betty, Warok Suromenggolo, Suminten, Gareng dan lain-lain, sangat lekat di ingatan para anggota khususnya yang telah lama berdinas di Bekmatpus ataupun Dismatau.


Aspirasi Arus Bawah

Sebenarnya, di balik pementasan berbagai parodi tersebut mempunyai satu tujuan yaitu sebagai sarana penyampaian aspirasi arus bawah (para anggota) kepada pimpinan. Berbagai unek-unek yang mengganjal di benak para anggota dimandatkan kepada tokoh-tokoh cerita dalam parodi, diungkapkan melalui tingkah laku dan dialog. Seringkali dialog mereka mengundang gelak tawa penonton. Namun tidak jarang pula pementasan terasa hambar karena tidak lucu, bahkan pejabat yang “diparodikan” merasa tersinggung dan marah setelah pementasan.

Sesungguhnya tidak banyak tuntutan yang disampaikan anggota melalui parodi. Bahasannya tak lepas dari kesejahteraan dan tuntutan hak lainnya, misalnya perbaikan menu makan siang, rekreasi bersama yang tak kunjung terlaksana, janji pimpinan yang belum terealisasi, dan lain-lain. Semua itu dikemas dalam bentuk komedi yang komunikatif. Didengar atau tidak, ditanggapi atau belum, semua terserah pada pimpinan. Yang terpenting aspirasi telah disampaikan.

Beberapa pejabat bahkan secara spontan memberikan apresiasi yang mem-banggakan para pelakon parodi. Marsma (Pur) Suharto misalnya, begitu selesai parodi “Debat Calon Lurah” dipentaskan, beliau langsung mengambil dompet dan menyerahkan beberapa lembar 50 ribuan kepada perwakilan pemain. Sontak hal itu mendapat aplaus meriah dari penonton yang lain. Atau Marsma (Pur) J. Budijanto yang sempat menitikkan air mata selesai perhelatan “Suminten Edan”.

Bentuk apresiasi seperti di atas sangat membanggakan para pemeran parodi. Segala letih dan penat selama latihan hilang sudah. Dan yang terpenting adalah mandat dari rekan-rekan sudah disampaikan.

Antara Budaya dan Kreatifitas

Bangsa Indonesia memiliki berbagai ragam budaya dan kaya akan cerita-cerita daerah. Tiap-tiap cerita mengandung makna dan pesan yang luhur. Namun bentuk pementasan yang monoton dan miskin inovasi seperti ludruk, ketoprak, wayang orang, lenong, dan lain-lain, membuat kesenian tradisional ditinggalkan oleh generasi sekarang. Untuk itu patutlah kalau kita sebagai generasi penerus turut memikirkan dan berperan aktif dalam kegiatan “nguri-uri kabudayan”.

Sekali lagi, parodilah saat ini yang dirasa paling cocok untuk mengenalkan cerita/dongeng tradisional, asalkan tak lepas dari pakem cerita aslinya, namun lebih komunikatif dikaitkan dengan tren isu yang terjadi saat itu. Di samping itu, kegiatan kreativitas ini juga memiliki banyak manfaat lebih dari “sekedar” penyampaian aspirasi, misalnya :

1. Melatih kreatifitas.

2. Mengisi waktu dengan kegiatan positif.

3. Membangun keakraban sesama anggota dan antara anggota dengan pimpinan.

4. Belajar mengenal budaya sendiri.

5. Melatih keberanian dan kepercayaan diri.

Jadi..., akankan tradisi parodi di Dismatau ini kita tinggalkan?

EDISI PERDANA 2010
9 APRIL 2010
PENDIDIKAN



Penyelenggaraan Pendidikan
Kualifikasi Khusus di Bekmatpus




Bekmatpus (Pembekalan Materiil Pusat) merupakan satuan Pelaksana di bawah Dismatau selain melaksanakan kegiatan Pembekalan dari Penerimaan sampai penyaluran, juga menyelenggrakan Pendidikan Kuaifikasi Khusus yang diikuti oleh para Perwira dan Bintara yang berasal dari berbagai satuan dari seluruh Indonesia. Fungsi Bekmatpus yang tidak hanya terkait dengan kegiatan distribusi, tetapi juga kegiatan pembinaan personel pembekalan menyebabkab Bekmatpus dikenal sebagai Center of Excellence bagi personel Pembekalan dan bagi insan logistik pada umumnya.

Sebagai penyelenggara pendidikan, Bekmatpus mengelola beberapa macam kursus dengan berbagai tingkatan. Kursus-kursus tersebut tidak hanya melibatkan korp Pembekalan, tetapi juga korp - korp lain, seperti Teknik dan Elektronika, khususnya dalam rangka mendapatkan sertifikat Pengadaan. Saat ini bahkan TNI Angkatan Darat mengirimkan personelnya untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan di Bekmatpus, khususnya di bidang Perminyakan atau BMP.

Peran Bekmatpus sangat penting terutama dalam mempersiapkan personel-personel baru pembekalan dalam menghadapi tugas-tugas di satuan masing-masing. Personel pembekalan dididik dalam beberapa tingkatan, antara lain Latker (Latihan Kerja) bagi personel tamtama, Susba bagi Bintara dan Suspa bagi Perwira. Khusus bagi Perwira, Suspa (Pengadaan, Kataloging, Angkutan, BMP dan Sipmat) merupakan pendidikan lanjutan dari Sekolah Dasar Kecabangan Perwira Pembekalan (Sesarcab) yang dilaksanakan secara simultan guna mempersiapkan personel pembekalan dengan ilmu dan pengetahuan Pembekalan.

Jenis kursus dan jumlah siswa dalam kursus bervasiasi sesuai dengan program pendidikan yang telah direncakan oleh Dismatau dan Disdikau. Berikut adalah beberapa macam pendidikan/kursus yang dilaksanakan selama TA. 2009.

1. Suspa BMP, angkatan 8 diikuti 15 siswa, dilaksanakan Mei 2009.
2. Susba Adm Pergudangan, angkatan 6 diikuti 10 siswa, dilaksanakan Mei s/d Juni 2009.
3. Suspa Angkutan, angkatan 8 diikuti 20 siswa, dilaksanakan Juni 2009.
4. Suspa Sipmat, angkatan 9 diikuti 10 siswa, dilaksanakan Juli 2009.
5. Susba Inventory, angkatan 5 diikuti 10 siswa,dilaksanakan Juli 2009.
6. Suspa Katalogisasi, angkatan 9 diikuti 15 siswa, dilaksanakan Agustus 2009.
7. Susba Lab BMP, angkatan 5 diikuti 10 siswa, dilaksanakan Agustus 2009.
8. Suspa Pengadaan, angkatan 8 diikuti 30 siswa, dilaksanakan September 2009.
9. Susba Operator Forklift Cargo Loader, angkatan 8 diikuti 15 siswa, dilaksanakan Oktober 2009.
10. Susba Pengadaan, angkatan 5 diikuti 10 siswa, dilaksanakan Oktober 2009.





EDISI PERDANA 2010
9 APRIL 2010
AGAMA


M U H A S A B A H

By Serma Azazi


Kita sering mendengar kata “Sadar”, mungkin keseharian kita mendengar, mengatakan, dan kata itu tidak asing bagi kita semua tapi pertanyaannya apa kita semua tahu makna dari kata itu?, apa kita sudah mengaplikasikan kata itu ke dalam kehidupan kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebagai makhluk sosial, sebagai Prajurit TNI yang berpegang teguh kepada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.

Pengertian
Sadar merupakan kata yang berarti “Tahu tentang keberadaan diri kita”, entah itu sebaga makhluk ciptaan Tuhan, makhluk sosial ataupun sebagai Parjurit TNI, kalau kita tahu tentang keberadaan diri kita pasti kita tidak akan melakukan hal-hal yang bersifat negatif yang merugikan diri sendiri ataupun orang lain, sehingga dalam kehidupan ini terjadi keharmonisan hubungan dan kepedulian antar sesama manusia.
Setelah dapat memahamami arti ‘sadar’, yang perlu kita lakukan adalah mengintrospeksi diri dan mencoba mengaplikasikan kesadaran tersebut di dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang anggota TNI, kita diharapkan mempunyai kesadaran lebih, tidak hanya sadar sebagai mahluk Tuhan dan mahluk sosial, tetapi sadar sebagai prajurit Sapta Marga yang terikat dengan peraturan dan etika keprajuritan.


Sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Kita lihat fenomena dilingkungan kita, dimulai dari diri kita sendiri dulu, coba kita renungkan akan keberadaan kita sebagai makhluk Tuhan yang diciptakan-Nya untuk apa?, suatu pertanyaan besar yang mungkin selalu mengiang ditelinga kita semua, jikalau kita ”sada” atau tahu tentang keberadaan kita sebagai makhluk Tuhan pasti dengan penuh keikhlasan akan melaksanakan kodrat sebagai manusia yang diciptakan untuk mengabdi kepada sang Khalik tanpa mengharap apa-apa dari-Nya dan dengan penuh kesadaran melaksanakan semua yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang, bukan sebaliknya menjadi hamba yang tidak tahu diri dengan tidak mengindahkan apa yang seharusnya dilakukan, dan melakukan apa yang tidak boleh di lakukan. Kesadaran terhadap kodrat manusia bukanlah untuk kepentingan Tuhan, melainkan untuk keselamatan diri kita sendiri. Jika kesadaran tersebut dipahami dan diaplikasikan di dalam kehidupan kita, maka berarti kita adalah manusia yang sangat beruntung dihadapan Tuhan.

Sadar sebagai makhluk sosial.
Kesadaran akan kodrat manusia sebagai ciptaan Tuhan akan berdampak terhadap kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan bukan semata sebagai makhluk Individual, sehingga dalam kehidupan ini akan tercipta hubungan yang harmonis antar manusia satu dengan manusia lainnya sebagai imbal balik dari kasih sayang yang disebarkan ke sesamanya. Dengan kesadaran sebagaii mahluk sosial, rasa dendam, pongah, buruk sangka, fitnah, dll dapat dihilangkan dan kasih sayang yang tercipta dari rasa sadar akan keberadaan kita sebagai hamba Tuhan dan makhluk sosial dapat dikembangkan.


Sadar sebagai Prajurit Sapta Marga.
Dalam kehidupan ini kita mungkin tidak menyadari bahwa semua yang telah di ciptakan Tuhan mempunyai jalan dan kodrat masing-masing. Begitu pula sebagai Prajurit, kita harus menyadari bahwa kita dikodratkan menjadi pengawal negara. Jika kita sadar kodrat kita sebagai Prajurit maka kita akan dengan sendirinya tanpa ada paksaan atau tekanan dan dengan penuh rasa tanggung jawab melaksanakan segala aturan yang ada di Institusi kita, serta loyal kepada pimpinan, senior, dan satuan yang kita tempati. Sadar harus dengan penuh keikhlasan, karena jika tidak maka yang muncul adalah prajurit dengan jiwa apatis, tidak loyal, gengsi, yang akhirnya bukan pengabdian tetapi hanya berorientasi pada individualisme yang tinggi dan tidak peduli terhadap yang lainnya. Dengan kata lain ketidaksadaran kita sebagai prajurit akan menyebabkan degradasi moral yang dapat menggangu pelaksanaan tugas yang kita emban.







































Redaksi

SAMBUTAN REDAKSI

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga kita dapat menerbitkan edisi Perdana Majalah Dismatau tahun 2010.

Para pembaca yang budiman, edisi perdana majalah Dismatau ini merupakan suatu bukti tingginya dedikasi dan kemauan para personel Dismatau untuk mewujudkan suatu wadah komunikasi, informasi dan kreatifitas insan pembekalan yang kritis dan dinamis.

Diharapkan edisi perdana Majalah Dismatau tahun 2010 ini menjadi awal yang baik bagi penerbitan majalah dismatau selanjutnya, sehingga redaksi mengharapkan masukan-masukan berupa pemikiran, karya ilmiah atau opini tentang berbagai pengetahuan dan wawasan yang dapat memperkaya khazanah cara berpikir insan pembekalan.

Sebagai sebuah edisi Perdana, kami menyadari bahwa Majalah Dismatau tahun 2010 ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami dengan tangan terbuka mengharapkan masukan–masukan yang positif dan konstruktif dari pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan majalah di masa yang akan datang.

Akhirnya kepada semua pihak yang membantu baik moril maupun materiil dari sejak dimulainya penyusunan sampai ke tangan para pembaca, kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya.

Selamat membaca..



Susunan Redaksi



Penangung Jawab
Kadismatau
(Marsma TNI Suradjianto, SE, S.IP)

Wakil Penangung Jawab
Sesdismatau
(Kolonel Kal Herry Kesuma)

Pimpinan Redaksi
Kolonel Kal Sahala Naibaho

Wakil Pimpinan Redaksi
Letkol Kal Dody J. Hermawan, ST

Staf Redaksi
Letkol Tek Dwiana Pilihanto
Letkol Kal Christian Tri Aryo, ST
Letkol Kal Dasir, SE, M.AP
Mayor Kal Irwansyah, ST, M.Eng
Mayor Kal Rezky Deliansyah
Letda Kal Agung
Sertu Widiyanto
Serda Didik Darmawan

Photografer
Mayor Kal Bambang Witono
Serka Agus Mulyono

Distribusi
Mayor Adm B. Retno Np, S.Sos

Alamat Redaksi
Dinas Materiil Angkatan Udara
021-8709412

Email : dismatau@yahoo.co.id

Dicetak oleh:
CV. Kharisma
021-8604047

Pengikut